Author: Key XiaoLing (Ling Key)
Main Casts:
– Lee Hyun Su
– Min Yoon Gi (Suga)
Extended Casts:
– Kim Nam Joon
– Mr. Min
– Mrs. Min
– Yoon Doo Joon (Cameo)
– Kang Ahjjuma (Cameo)
Genre: Marriage Life, Comedy Romantic
Length: Oneshoot
Rating: 17+
Disclaimer: This FF is own by author, Don’t be Plagiator!
***
“Pokoknya kami tidak mau tahu, kalau dalam waktu dekat ini kau tidak menikah, Appa tidak segan- segan menjodohkan mu dengan anak Tuan Jung” tegas seorang pria paruh baya pada putra semata wayangnya yang duduk dihadapannya bersama sang ibu.
“NE? AIGO APPA SIRHEO” si anak terlonjak kaget saat mendengar nama keluarga Jung. Dia bergidik ngeri saat membayangkan harus menikah dengan yeoja yang dianggapnya jadi- jadian itu.
“Kalau begitu segera kenalkan calon isteri mu pada kami!”
“Aish… Aku kan sudah bilang Appa…”
“ALASAN APA LAGI YANG MAU KAU BUAT MIN YOON GI?”
Belum sempat meneruskan ucapannya, namja bernama Yoongi itu terlonjak kaget mendengar teriakan ayahnya, dan matanya kian melebar saat mendapati ayahnya telah menghunuskan sebuah samurai ke arahnya.
***
Ditempat lain diwaktu yang sama, seorang yeoja belia terlihat sedang dikejar- kejar wanita paruh baya yang membawa sapu ditangannya.
“KANG AHJJUMA AKU JANJI AKAN BAYAR HUTANGKU SETELAH AKU MENDAPATKAN PEKERJAAN” teriak yeoja tersebut sambil terus berlari menghindari amukan penagih hutang tersebut.
“YA LEE HYUN SU JANGAN LARI KAU!” teriak si bibi penagih hutang tak mau kalah dan terus mengejar si yeoja.
BRUK!!!
Tubuh Hyunsu terjatuh saat tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang dipertigaan jalan.
“AWW” pekik keduanya.
“YA KAU TAK PUNYA MATA HAH?” teriak seorang namja yang baru saja bertabrakan dengannya yang ternyata Yoongi.
“MWO? KAU YANG TAK PUNYA MATA” Hyunsu balas berteriak menatap Yoon gi sengit.
“Aish aku tak ada waktu bertengkar denganmu” ucap YoonGi dan bergegas bangun seraya membersihkan pakaiannya.
“Kau kira aku mau bertengkar denganmu?”
Hyunsu pun melakukan hal yang sama, dia mengibas- ngibaskan dress selututnya dan meraih paper bag nya yang tadi terjatuh.
Saat mereka hendak berbalik, dari arah berlawanan muncul orangtua Yoongi dan bibi penagih hutang yang seketika membuat mereka panik. Tanpa persetujuan, tiba- tiba Yoongi menarik tangan Hyunsu dan membawanya lari kearah lain. Hyunsu yang memang takut akan orang yang menagih hutang padanya pun hanya berlari mengikuti Yoongi.
***
“JINJJA?” teriak Hyunsu memandang Yoongi tak percaya.
“Aish… Telingaku sakit tahu”
Yoongi mengusap- usap telinganya yang terasa sakit mendengar teriakan Hyunsu.
“Aku sungguh- sungguh, aku ini penyuka sesama makanya aku tak mau disuruh menikahi yeoja” jujur Yoongi.
Hyunsu memandang prihatin pada namja disampingnya ini. Setelah seharian berlarian bersama melarikan diri dari masalah dan menceritakan masalah masing- masing, Hyunsu sadar kalau Yoongi adalah namja baik. Sayangnya, namja dihadapannya itu kurang normal karena penyuka sesama jenis, padahal kalau dilihat dari fisiknya, Yoongi termasuk pria tampan dan tinggi, tipikal pria idaman Hyunsu.
“Ya sudah, kau sabar saja! Siapa tahu nanti ada jalan keluarnya, oh iya ini jam berapa?” tanya Hyunsu yang kini duduk dibatu karang disamping Yoongi, mereka ada dipantai saat ini.
“Jam sepuluh, waeyo?”
“Aigo… AKU HAMPIR TELAT, MALAM INI ULANG TAHUN NAMJACHINGUKU, aku harus bergegas” ucap Hyunsu panik dan segera bangkit bermaksud segera pergi.
“CHAMKANMAN!”
Tiba- tiba Yoongi mengejarnya membuat Hyunsu berhenti melangkah.
“Ada apa?” tanya Hyunsu bingung.
“Em… Itu… Boleh aku ikut?”
“Ne?”
“Aku ikut kau ke pesta, aku janji tak akan buat keributan, aku belum mau pulang” pinta Yoongi memelas.
Hyunsu yang tak tega pun akhirnya mengiyakan permintaan Yoongi, dan pergi bersama menuju pesta.
***
“Yoongi ssi aku mau mencari namjachinguku dulu, kau diam disini dulu ne!” pinta Hyunsu saat mereka sampai ditempat pesta.
“Ok, tapi jangan lama!” sahut Yoongi dan disuguhi anggukan Hyunsu.
Hyunsu segera berlalu mencari namjanya, sementara Yoongi tetap diam ditempat sesuai permintaan Hyunsu.
Belum sampai lima menit kepergian Hyunsu, Yoongi dikejutkan teriakan para tamu pesta yang sepertinya berlarian ketengah tengah pesta. Yoongi yang penasaran pun ikut bergabung, dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Hyunsu tengah berada didalam kolam renang ditengah pesta dengan ekspresi seperti orang yang takut tenggelam. Dengan sigap Yoongi berlari kepinggir kolam dan meloncat kedalam kolam untuk menyelamatkan Hyunsu.
“Hyunsu ah waeyo?” tanya Yoongi panik setelah berhasil menangkap tubuh Hyunsu.
“Hiks… Dujun Oppa… Hiks… Kau Jahat…” ucap Hyunsu menatap ke arah seorang namja tampan yang hanya diam menatapnya.
Yoongi yakin bahwa namja itu adalah namjachingu Hyunsu. Kini dengan angkuhnya namja itu memandang Hyunsu dengan seorang yeoja bergelayut manja dilengannya. Yoongi segera membawa Hyunsu ke pinggir kolam dan menaikkan tubuhnya lalu mengangkat tubuh Hyunsu ke pangkuannya. Ditatapnya tajam nama bernama Doojoon itu beserta tamu yang menertawai mereka. Dengan cepat Yoongi memangku tubuh Hyunsu yang kini terisak dipelukannya, membawanya keluar dari ruang pesta.
***
“Uljimarayo! Percuma kau menangisi namja kurang ajar sepertinya” ujar Yoongi yang sudah duduk disofa disamping Hyunsu.
Mereka baru saja berganti pakaian, dan kini duduk diruang tamu apartemen Yoongi.
“Hiks… Doojoon O… Ppa… Hiks… Adalah… Cin… Ta pertamaku” ucap Hyunsu disela isak tangisnya.
“Aku tahu, tapi dia itu kurang ajar” desis Yoongi.
Hyunsu menatap Yoongi dan menyandarkan kepalanya dibahu namja tersebut. Seakan mengerti keadaan Hyunsu, Yoongi hanya membiarkan yeoja itu. Tanpa mereka sadari, setan yang berada ditengah- tengah mereka membisikkan sesuatu agar mereka melakukan hal yang seharusnya tak mereka lakukan, karena kini mereka tengah terlibat dalam ciuman panas yang akan membawa mereka ke hal yang lebih panas lagi.
***
Matahari sudah ada pada puncaknya, cahayanya bahkan sudah menembus ke dalam sebuah kamar dimana terdapat dua orang manusia yang tengah duduk termenung disebuah ranjang dengan keadaan tubuh yang hanya berbalut selimut.
“Mianhae” ucap Yoongi mencoba memulai pembicaraan.
“Untuk?” tanya Hyunsu tanpa menatap Yoongi.
“Untuk semua yang terjadi semalam, ma’af aku lepas kendali” jawab Yoongi dan menatap Hyunsu yang tetap tak mau menatapnya.
“Kwaenchana, toh aku juga menginginkannya semalam”
“Tapi itu yang pertama kan untuk mu?” tanya Yoongi pelan.
“Hm ne, kwaenchana aku rela” jawab Hyunsu yang akhirnya menatap Yoongi.
“Aku akan tanggung jawab, kita menikah ne?” ucap Yoongi tulus.
“Bukankah kau suka sesama mu, kenapa kau mengajakku menikah?”
“Jujur saja, selain untuk bertanggung jawab padamu, aku juga ingin membungkam orangtua ku” jujur Yoongi.
“Apa kau bisa menjamin kehidupanku?”
“Ne?”
“Aku takut setiap kali aku terbangun ada orang yang menagih hutang kontrakan padaku, sedangkan untuk makan pun aku kesusahan” lirih Hyunsu.
“Kau tenang saja, ku pastikan itu takkan terjadi lagi setelah kita menikah, kalau pun kita berpisah nanti aku akan menjamin hidupmu” tegas Yoongi.
“Jadi kita juga akan berpisah?” tanya Hyunsu.
Dia merasa sakit saat kembali mendengar kata pisah, seakan dia tak pernah bisa menjalin hubungan yang kekal. Meski pada kenyataan pun tak pernah ada yang abadi.
“Kita tak saling mencintai, dan kau tahu sendiri aku adalah gay, apa mungkin pernikahan kita akan langgeng?”
Keduanya kembali bergelut dengan pikiran masing- masin. Haruskah mereka melakukan hal ini.
***
Pernikahan Yoongi dan Hyunsu telah berlangsung dua bulan lamanya. Terhitung empat bulan lebih sudah kebersamaan mereka sejak awal jumpa. Tuan Min dan Nyonya Min begitu bahagia dengan pernikahan mereka, dan begitu antusias saat melihat Hyunsu diboyong Yoongi ke hadapan mereka.
“Ekhm, Tuan Min dan Tuan Kim bisa kalian hentikan dulu kegiatan kalian!” seru Hyunsu pada dua namja yang tak lain adalah Yoongi dan Kim Nam Joon kekasihnya yang sedang bermesraan didepan TV diapartemen Yoongi dan Hyunsu.
“AISH… APA SIH MAUMU? Mengganggu saja” dengus namja bernama Kim Namjoon yang tengah bermanjaan dipelukan Yoongi.
Hyunsu menatap tajam pada Yoongi, dan seakan mengerti Yoongi segera melepaskan pelukannya.
“Namjoon ah, kau bisa pulang dulu kan? Aku ada urusan dulu” ucap Yoongi lembut.
“Suga hyung…” rengek Namjoon manja membuat Hyunsu ingin muntah mendengarnya.
“Nanti aku janji akan menghubungi mu jagi” ucap Yoongi mengelus pipi Namjoon yang akhirnya mau mengalah.
“Dasar pengganggu” desis Namjoon saat dia bangkit dari tempat duduknya dan dengan sengaja menubruk bahu Hyunsu sebelum akhirnya melenggang pergi.
“Ish, dasar tidak normal” desis Hyunsu sambil memegangi bahunya yang sakit.
“MIN HYUNSU BERHENTI MENGATAINYA TAK NORMAL!” Bentak Yoongi membuat Hyunsu terlonjak.
“MEMANG DIA TAK NORMAL” teriak Hyunsu tak mau kalah.
“LALU KALAU DIA TAK NORMAL AKU INI APA?”
“KAU… Hah sudahlah, aku hanya mau bilang padamu tadi Eommeonim menelepon dan meminta kita ke rumah” ucap Hyunsu bergetar.
Hyunsu tahu dia salah, tapi tak perlu Yoongi membentaknya sampai seperti itu. Hyunsu pergi sambil memegangi dadanya yang terasa ngilu, seringkali mereka bertengkar karena masalah seperti ini, tapi baru kali ini Yoongi membentaknya seperti itu. Yoongi sendiri sadar kalau dia tak seharusnya membentak Hyunsu, mungkin Hyunsu berkata seperti itu karena kesal pada Namjoon.
***
“Hyunsu ah, tolong cucikan sayuran disana ya sayang!” pinta Nyonya Min pada Hyunsu yang sedang memotong- motong daging sapi dimeja makan.
Hari ini sesuai permintaan Nyonya Min, Hyunsu dan Yoongi datang kerumah orangtua Yoongi, karena memang hanya Nyonya dan Tuan Min orangtua mereka mengingat Hyunsu yatim piatu.
“Ne Eommeonim”
Hyunsu segera beralih menuju wastafel dan mulai mencuci sayur. Dari arah pintu dapur, muncul Yoongi yang sepertinya baru bangun dari tidur siangnya. Hyunsu hanya menoleh sekilas tanpa bicara karena mereka memang belum akur sejak kejadian tadi pagi.
“Eomma… Huek… Huek…”
Yoongi yang hendak bermanjaan pada ibunya tiba- tiba merasa mual saat melewati meja makan membuat Nyonya Min dan Hyunsu menatapnya bingung.
“Yoongi ah waeyo?” tanya Nyonya Min menghampiri putranya.
“Aku… Huek… Huek…”
Tanpa sempat menjawab pertanyaan Nyonya Min, Yoongi segera berlari ke wastafel yang sedang dipakai Hyunsu mencuci sayur.
“Yoongi ah waeyo?”
Kembali Nyonya Min bertanya dengan khawatir. Hyunsu sendiri kini membantu mengelus- elus punggung suaminya itu.
“Sepertinya ini karena daging dimeja makan Eommeonim, sudah beberapa minggu ini suamiku selalu muntah saat melihat daging atau ikan” ucap Hyunsu yang akhirnya menyadari penyebab muntah Yoongi.
“Ne?” tatap Nyonya Min bingung.
“Iya Eommeonim, makanya sudah beberapa minggu aku tak masak daging atau ikan dirumah” jelas Hyunsu.
Yoongi mengangkat kepalanya dan bersandar pada bahu Hyunsu yang kini menopangnya. Namun, baru Yoongi pulih dari muntahnya, kini giliran Hyunsu yang tiba- tiba merasa tubuhnya lemas.
“Yeobo waeyo?” tanya Yoongi saat merasakan tubuh Hyunsu yang mulai merosot.
“Aku…”
PLUK, tiba-tiba pandangan Hyunsu terasa gelap. Kini dia pingsan dipelukkan Yoongi dan Nyonya Min yang membuat keduanya panik.
“YEOBO… YEOBEO ILLEONA!” Teriak Yoongi sambil menepuk- nepuk pipi Hyunsu.
***
Hyunsu mengerjapkan matanya yang terasa berat sebelum akhirnya membuka matanya sempurna. Ditatapnya orang- orang yang kini ada dihadapannya. Yoongi, Nyonya dan Tuan Min, serta seorang dokter nampak berkumpul bersamanya disebuah kamar yang dikenali Hyunsu sebagai kamar Yoongi sebelum mereka menikah.
“Kau sudah bangun?” tanya Yoongi sambil membantu Hyunsu bangun dan menyandarkan tubuh Hyunsu dipelukannya. Hyunsu hanya mengangguk lemah menjawab pertanyaan Yoongi.
Nyonya dan Tuan Min, serta dokter pria yang ada dihadapan mereka tersenyum melihat Hyunsu yang sudah sadar dari pingsannya.
“Jadi isteri ku sakit apa Uisanim?” tanya Yoongi.
“Isteri anda tidak sakit apa- apa Tuan Min, dan bukankah anda tadi bilang baru saja muntah- muntah?”
“Ne”
“Kalau begitu Nyonya Min bisa saya pinjam buku catatan siklus bulanan anda?” tanya dokter tersebut menatap Hyunsu.
“Oh igeoyo” ucap Yoongi sambil menyodorkan sebuah buku kecil dari dalam tas Hyunsu.
“Kau tahu itu bukunya?” tanya Hyunsu heran pada sikap Yoongi, dia sendiri tak ingat ada buku itu ditasnya.
“Ne, aku pernah membaca judulnya tapi belum sempat membacanya” jujur Yoongi.
“Jadi ternyata benar dugaan saya” ucap dokter tersebut dan tersenyum tipis membuat keempat orang diruangan itu menatapnya.
“Waeyo Uisanim?” tanya Yoongi.
“Sepertinya muntah- muntah yang dialami Tuan Min bukanlah gejala sakit melainkan karena anda sedang ngidam”
“NE NGIDAM? Jadi maksud anda menantuku?” sela Nyonya Min cepat membuat Yoongi dan Hyunsu kebingungan.
“Benar Nyonya, Nyonya muda sedang mengandung, dan usia kandungannya sudah memasuki minggu ke enam belas” terang dokter tersebut membuat keempat orang tadi kembali tercengang.
“E… Enam belas minggu?” tanya Nyonya Min tak percaya, pasalnya Yoongi dan Hyunsu baru menikah sekitar tujuh minggu.
“Ne enam belas minggu, sesuai jadwal haid terakhir Nyonya Hyunsu” jawab dokter tersebut yakin.
Nyonya Min akhirnya mengangguk mengerti, kini dia dan suaminya menatap anak dan menantu mereka yang terlihat gelagapan.
***
“Sayang bangun!”
Yoongi mengguncang pelan bahu Hyunsu yang sedang tertidur pulas sejak selesai diperiksa oleh dokter. Hyunsu bangun dari tidurnya dan menatap Yoongi yang sedang menenteng sebuah nampan berisi makanan dan susu ditangannya.
“Bangun dulu! Kau belum makan malam” ucap Yoongi lembut dan membantu Hyunsu menyandarkan tubuhnya diheadboard ranjang.
“Makannya aku suapi ya?” tanya Yoongi dan dibalas anggukan Hyunsu.
Yoongi menyiduk sesendok nasi beserta sayur lalu menyuapkannya ke mulut Hyunsu.
“Kau ini bagaimana? Masak kau tak sadar ada sesuatu dalam perut mu selama ini? Bahkan ada dua bayi” ucap Yoongi sambil mengelus perut Hyunsu yang memang nampak agak buncit.
Yoongi pikir dulu Hyunsu memang agak gemukan saat mereka menikah, tapi dia tak menyangka bahwa ada janin didalamnya. Janin buah dari perbuatan mereka empat bulan lalu saat mereka pertama kali berjumpa.
“Mollayo, sejak kita melakukannya pertama kali empat bulan lalu aku tak merasakan apapun kecuali merasa sedikit gemuk, ku kira itu hal biasa” ujar Hyunsu pelan.
“Geure kwaenchana, mulai sekarang kau harus menjaganya, jangan sampai ceroboh, aku tak mau terjadi apa- apa denganmu dan uri aegideul”
“Kau tidak marah aku hamil?” tanya Hyunsu takut- takut membuat Yoongi terkejut.
“Kenapa aku harus marah? Justru aku bahagia” jawab Yoongi serius.
“Tapi bukannya kau…”
“Sssh… Aku menyayangi mu dan anak- anak, meski aku bukan pria normal, tapi aku tetaplah manusia yang bisa menyayangi siapapun terlebih itu istri dan darah dagingku”
“Lalu bagaimana dengan Namjoon ssi?”
“Aku akan memutuskannya” jawab Yoongi cepat membuat Hyunsu tercengang.
“Kurasa… Aku ingin berubah, Hyunsu ah aku ingin kita belajar untuk saling mencintai, kita rawat dan didik anak- anak kita bersama, dan kumohon bantu aku untuk menjadi pria normal, aku ingin disaat si kembar lahir, mereka melihat ku bukan sebagai ayah yang menjijikan, tapi sebagai ayah yang membanggakan” pinta Yoongi lirih.
Hyunsu memandang Yoongi dengan senyuman bahagia dan mata yang berkaca- kaca.
“Tentu aku akan membantu mu, karena aku mencintaimu, sangat… Itu sebabnya aku selalu marah dan kesal setiap kali melihat mu bersama Namjoon, aku cemburu, sejak awal kau mengajakku menikah, aku ingin memiliki hubungan yang langgeng, aku sudah tak ingin mengejar cinta yang lain lagi” jelas Hyunsu panjang lebar.
Yoongi meraih Hyunsu kedalam pelukan dan mendekapnya erat. Dikecupinya puncak kepala wanita yang ia rasa telah memenuhi hatinya kini. Saat pelukan mereka merenggang, dengan semangat Yoongi menciumi bibir Hyunsu. Membuktikan perasaanya lewat sentuhan bibir mereka.
“HUEK… HUEK…” tiba-tiba Yoongi kembali mual- mual hingga tautan bibir mereka terlepas dan membuat Hyunsu panik.
“Yeobo waeyo?” tanya Hyunsu khawatir.
“Aku sepertinya ngidam hal lain lagi” jawab Yoongi pura- pura lemas.
“Mwohae?”
“Aku…” sebuah seringaian perlahan muncul dibibir Yoongi membuat Hyunsu menatapnya takut.
“Aku ngidam… Bermain dibawah selimut bersama mu” tukas Yoongi cepat dan segera menutup tubuh mereka dengan selimut.
“KYAAA… MIN YOON GI KAU MAU MENYAKITI BAYI- BAYI KITA HUH?”
“Tidak akan”
“KYAAA…”
Akhirnya teriakan dan desahan keduanya pun menggema didalam kamar mereka.
THE END